feedburner

Lorem ipsum dolor sit amet,
consectetur adipisicing elit,
sed do eiusmod tempor incididunt ut labore
et dolore magna aliqua.

Generasi Biru Slank, Gabungan Musik, Gerak dan Animasi

Label:

generasibiruslank.jpg

Astaga!Layar - Gambar animasi kupu-kupu menghiasi film "Generasi Biru" Slank. Ya, simbol kupu-kupu sangat identik dengan grup asal Gang Potlot yang dimotori Kaka (vokal), Bimbim (drum), Ridho (gitar), Abdee (gitar) dan Ivanka (bas). Lalu, bagaimana akting Slank di film ini?

Jangan salah arti, di sini Slank tidak berakting. Bagaikan pembuatan film, mereka justru jarang berdialog. Tapi dengan arahan tiga sutradara Garin Nugroho, John De Rantau, dan Dosy Omar, dengan apik semua bisa dicerna dengan baik.

Tentunya, bagi pecinta grup Slank alias Slankers, film ini jadi tontonan wajib. Apalagi ada sekitar 13 lagu yang diambil dari album-album lawas Slank, yang dilantunkan dalam film ini, termasuk dua tembang terbarunya "Slank Dance" dan "Monogami".

Asal tahu saja, Slank menawarkan sesuatu yang baru di tembang anyarnya tersebut, tepatnya lebih 'nge-beat'. Slank Dance memang menceritakan garis besar dari film Generasi Biru ini, sedangkan Monogami lebih slow, dengan lirik yang kuat, jauh dari cengeng dan bercerita tentang kesetiaan dan cinta.

Film dibuka dengan sebuah mesin jackpot yang sedang bekerja. Kalau boleh ditanggapi sih, mesin jackpot itu disimbolkan sebagai hidup yang bagaikan perjudian. Ada yang menang dan kalah. Selebihnya, sepanjang film, masing-masing personil memiliki permasalah sendiri.

Misalnya Bimbim, kisahnya lebih pada seorang anak kecil bisu yang kerap menyendiri dan selalu bersembunyi di kolong meja. Berbeda dengan Kaka, yang ceritanya punya seorang kekasih yang kecanduan 'obat'. Lain lagi dengan Ridho dan Ivanka, yang berusaha membantu seorang pria 'gila' yang berperilaku bagaikan anjing.

Berat? Kurang lebih begitu, tapi semua cerita berakhir dengan solusi yang manis. Memang, mungkin agak sedikit membingungkan tapi semua kisah dibalik lagu-lagu yang dilantunkan dibalut apik dengan gerak koreografi, animasi, seakan semua itu mengalir dengan sendirinya.

Ada juga seorang pria yang dicitrakan sebagai pemimpin dengan bahasa yang tak bisa diartikan. Tapi dengan gerak, serta alat-alat bantu toh semua dikembalikan pada penonton untuk diartikan.

Secara keseluruhan, film Generasi Biru ini bukanlah sebuah film biasa. Banyak gambar-gambar yang mengiris hati, sesuai dengan gambaran tembang-tembang milik Slank. Mulai dari penggusuran, anak-anak kurang gizi, kerusuhan 1998, hingga kasus penculikan. Semua terangkum dalam lagu-lagu, Bendera Setengah Tiang, Pulau Biru, Cekal, Kamu Harus Pulang, Missing Person, Gossip Jalanan, dan masih banyak lagi.

Ada satu hal menarik yang bisa jadi 'gelakan tawa'. Garin Nugroho menampilkan adegan dimana para Slankers yang ingin menonton konser harus dirazia 'sabuk'. Guna menghindari hal-hal buruk, penggunaan sabuk sangat dilarang dan sabuk-sabuk itu dijejerkan di pinggiran tembok. Sebagai gantinya, pihak keamanan menyiapkan tali plastik dan sepulang konser para Slankers bisa mendapatkan sabuknya kembali. Itulah fenomena yang ada.

Untuk Anda pecinta lagu-lagu Slank atau mungkin gemar akan dunia teater, film ini bisa menggambarkan banyak hal. Tapi bagi mereka yang tidak suka akan Slank, film ini bisa menjemukan. Semua dikembalikan pada penonton, karena toh ketiga sutradara yang terlibat memberikan kebebasan pada para penonton usai menyaksikan film 'Generasi Biru' ini.

1 komentar:
gravatar
Anonim mengatakan...
27 Februari 2009 pukul 05.44  

peace and salam kenal bro.,.,.,.,

Posting Komentar